Tiga Ciri Orang-Orang yang Akan Mengulurkan Tangannya Ketika Kita Jatuh

Kawan, pernahkah mengalami waktu di mana kita malas untuk melakukan apapun? Bahasa kerennya mager alias malas gerak. Libur kerja atau lagi bebas kuliah kerjaannya cuma tiduran, malas mandi, nggak sarapan, tidak tahu mau pakai hari libur itu untuk melakukan apa.  Kadang bukan masalah tak ada uang untuk jalan, atau nggak ada hobi untuk dilakukan, tapi ya memang nggak ada niat untuk do something. Tak ada hal berarti yang kita lakukan.

Hal yang terberat justru ketika kita jatuh dan bingung harus melakukan apa. Ini bukan tentang niat yang hilang jadi malas melakukan sesuatu, tapi ketika kita kehilangan tujuan dan makna. Hal-hal yang berharga dulu telah berubah jadi tak berarti kini. Lalu siapakah yang akan membantu kita bangkit di saat jatuh dan terpuruk?

Ada satu bagian yang selalu kuingat di buku My Stupid Boss (MSB) tapi lupa yang edisi ke berapa. Hehehe. Momen sang penulis dengan si bos yang biasanya kocak abis dan ngeselin berubah jadi serius dan genting ketika sang penulis kehilangan suaminya. Namun di puncak kesedihan dan kebingungannya, si bos justru justru semakin banyak memberinya tugas dan membuat dia sangat sibuk. Sekilas kok si bos ini seperti nggak punya empati, tapi justru di situlah dia menemukan hikmah. Kebingungan dengan statusnya yang kini single parent, down kehilangan suami sekaligus tulang punggung keluarga, tapi ketika si bosnya ini malah membuatnya sibuk, dia jadi tak punya waktu meratap dan larut dalam kesedihannya.

Aku tersenyum ketika membaca buku itu, seorang penulis yang menjadikan bos di perusahaan dia bekerja sebagai sumber inspirasi buku komedinya. Cerita tentang semua aib, kekonyolan, kelakuan ngeselin dan kocak si bos dia tumpahkan dalam buku. Pembaca tentu bertanya-tanya kenapa sih dia bisa bertahan dengan bos yang super duper ngeselin itu? Dilalah... salah satu alasannya karena ada momen ketika dia jatuh dan terpuruk, si bosnya itu bantu dia untuk bangkit.

Beberapa pekan lalu aku dapat kiriman gambar kalimat motivasi dari seorang teman di whatsapp.

"Berteman jangan hanya dengan yang membuat kita nyaman tapi yang memaksa kita untuk berkembang juga." Begitu kalimat yang tertulis di gambar tersebut.

Yes.. mungkin redaksinya bisa lain-lain, tapi intinya aku setuju dengan kalimat itu. Teman bukan hanya seseorang yang membuat kita nyaman, namun teman juga memaksa kita untuk berkembang. Bukan badannya yang berkembang yak, itu mah kegemukan namanya. Hehehe.

Kawan, sungguh beruntung jika kita memiliki seorang teman yang berani membuat kita nggak nyaman demi membantu kita bangkit. Boleh jadi kita sebel dan ingin teriak "Arrggghhhhh!" padanya. "Ngapain sih rese ikut campur sama hidup gue?" begitu mungkin perasaan yang ada dalam hati kita.

Kawan, sudahkah kita dikelilingi oleh orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh?

Akan ada saat-saat menyakitkan dalam hidup kita, Kawan. Ketika kita jatuh, down, terpuruk, hancur, bingung harus melakukan apa, kehilangan tujuan, dan seperti tak ada hal berharga dalam hidup ini. Malah tak jarang, saat jarak kita dengan Allah renggang atau malah kita marah pada Tuhan atas kenyataan yang tak sesuai dengan harapan kita. Hanya orang-orang terdekatlah yang berani mengulurkan tangannya dan menarik tangan kita untuk berdiri dan bangkit.

Lalu apa ciri dari orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh.

1. Dia berteman dengan penjual minyak wangi.

Whatssss? Apa maksudnya temenan dengan penjual minyak wangi? Sabar dulu, Kawan, pernah dengar dong hadits yang satu?

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhori & Muslim).

Seseorang itu adalah dia yang mengelilingi dirinya dengan penjual minyak wangi, alias teman-teman baik. Orang yang menghargai persahabatan tentu dia tak kan membiarkan temannya terpuruk dan jatuh.

2. Dia berani marah, beda pendapat, bertengkar, bersebrangan, demi kebaikan kita

Teman baik bukanlah dia yang selalu setuju atau sependapat dengan pikiran dan perasaan kita, Kawan. Teman baik tak kan diam saja saat kita melakukan dosa atau mendekat dengan maksiat. Minimal banget dia akan marah, ketika dia lebih bijak dan hanif, bisa jadi dia akan melakukan segala cara untuk mengingatkan, menasehati dan membawa kita kembali ke jalan yang lurus. *Eaaaa.

So kalau suatu hari teman kita marah karena kita melakukan kesalahan, hei... dia lah yang akan paling mungkin mengulurkan tangannya ketika kita jatuh. Bukan teman-teman yang setuju saja dengan semua yang kita lakukan.

3. Dia yang berdoa dalam diam, tanpa kita tahu

"Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, "Dan bagimu juga kebaikan yang sama." (HR. Muslim no. 4912)

Orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh adalah dia yang mendoakan kita dalam diam, Kawan.

Salah satu orang yang tak pernah lepas mendoakan kita adalah Ibu. Tak peduli kita mengakui atau tidak, menyadarinya atau sebaliknya. Itulah kenapa seringkali kita jumpai ibu tak pernah menyerah membantu, menolong, mengupayakan apapun yang dia bisa, untuk membantu anaknya keluar dari keterpurukan.

Selain keluarga dan guru, orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh adalah teman-teman terbaik, sahabat-sahabat terbaik. Karena seperti kata Kahlil Gibran, sahabat adalah naungan sejuk keteduhan hati dan Api unggun kehangatan jiwa, karena akan dihampiri kala hati gersang kelaparan dan dicari saat jiwa mendamba kedamaian

Terus gimana dong caranya punya teman baik? Jadilah salah satunya. ^^

What's on Your Mind...