MEWASPADAI VIRUS TAMAYYU'

Interaksi sosial adalah keniscayaan dalam berdakwah. Menjadi tuntutan bagi para da'i untuk terjun di tengah-tengah masyarakat,
melakukan kontak dan komunikasi
dengan sebanyak mungkin manusia. Melalui interaksi sosial tersebut
diharapkan akan banyak individu
atau masyarakat yang merasa tertarik
dan mau melaksanakan nilai-nilai
yang diajarkan oleh para da'i,
sehingga sikap, tindakan, dan
tingkah laku individu dan masyarakat
tersebut terwarnai oleh nilai-nilai
ajaran Islam.
Ada satu hal yang harus diwaspadai
oleh para da'i dalam melakukan
interaksi sosial, terlebih lagi jika
kontak dan komunikasi sosial
tersebut dilakukan dalam lingkungan
masyarakat yang memiliki karakter,
budaya, nilai, ideologi, dan agama
yang berbeda, bahkan bertentangan
dengan nilai-nilai Islam yang mereka
perjuangkan. Dalam kondisi seperti
itu para da'i harus berhati-hati dan
menjaga diri dari serangan
virus tamayyu' (pencairan), yakni
kondisi dimana seorang da'i malah
terpengaruh oleh gaya, pemikiran,
kebiasaan, budaya, ideologi yang
dimiliki oleh individu atau
masyarakat yang didakwahinya; lalu
secara lambat laun mulai
meninggalkan idealisme yang
dianutnya. Naudzubillahi min
dzalik…

❗Tamayyu' Khuluqi

Tamayyu' yang pertama kali muncul
biasanya adalah tamayyu
khuluqi, pencairan akhlak. Ditandai
dengan munculnya
sikap tasahul (menggampangkan/
menyepelekan suatu pelanggaran).
Dimulai dari hal-hal yang sederhana,
misalnya:

1. Melakukan isyraf (berlebih-
lebihan) dalam makan dan
minum.
2. Berlebih-lebihan dalam gaya
berpakaian.
3. Menyepelekan rambu-rambu
hijab.
4. Berlebih-lebihan dalam
menikmati musik, nyanyian,
dan tontonan.
5. Longgar atau tidak berhati-hati
dalam mu'amalah maaliyah
6. Terlalu banyak tertawa dan
bergurau.

Sampai akhirnya munculah
sikap ibahiyah (permissive/segala
hal boleh) tanpa sungguh-sumgguh
memperhatikan rambu-rambu
syariat.

❗Tamayyu' 'Ubudiyyah

Jika tamayyu' khuluqi tersebut tidak
segera diobati, maka yang akan
terjadi selanjutnya adalah tamayyu'
'ubudiyyah, pencairan amal ibadah.
Ditandai dengan menyepelekan
amalan-amalan sunnah atau bahkan
amalan-amalan wajib. Misalnya:

1. Malas qiyamu lail.
2. Meremehkan shalat-shalat
sunnah rawatib.
3. Semakin jarang shalat
berjama'ah di masjid.
4. Sering melaksanakan shalat
wajib tidak tepat waktu.
5. Sering terlambat melaksanakan
shalat shubuh.
6. Malas melakukan shaum-
shaum sunnah
7. Sedikit menyebut nama Allah/
wirid dan dzikir.
8. Sedikit membaca al-Qur'an.

❗Tamayyu' Fikriyyah

Berikutnya dari tamayyu'
'ubudiyah akan merembet
kepada tamayyu' fikriyyah, pencairan
ideologi. Diantaranya ditandai
dengan hilangnya ciri khas fikrah
Islami dari seorang da'i. Bahkan
pemahamannya terhadap fikrah
islami tersebut semakin lemah dan
luntur. Warna pemikirannya menjadi
tidak jelas, apakah ia
seorang abnaul harakah
islamiyah, ataukah seorang liberalis,
sosialis, atau nasionalis? Dari
pembicaraannya tidak dapat
diketahui lagi apakah ia meyakini
Islam sebagai satu-satunya jawaban
yang benar dan bersih  terhadap
persoalan manusia, ataukah
menurutnya ada jawaban yang lain?
Tidak jelas apakah ia meyakini Islam
sebagai sistem yang sempurna dan
lengkap ataukah tidak?

❗Tamayyu' Aqidiyah

Tamayyu' yang terparah
adalah tamayyu' aqidiyah, pencairan
aqidah. Sebuah kondisi dimana
seseorang sudah benar-benar jauh
menyimpang, karena tidak lagi
memahami Islam sebagai satu-
satunya kebenaran yang mesti
dianut seluruh manusia. Padahal
Allah Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam…" (Q.S. Ali Imran: 19)
"Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang
rugi." (Q.S. Ali Imran: 85)

Virus tamayyu' ini dapat dihindari
jika para da'i memiliki imunitas dan
senantiasa meningkatkan kualitas
dirinya.
Naudzubillahi min dzalik…wa la
haula wala quwwata illa bi-Llaah…

What's on Your Mind...